Pemerintah Kabupaten Bandung memiliki rencana mengembangkan 100 desa wisata sebagai salah satu langkah dalam mempercepat pertumbuhan ekonomi masyarakat. Setelah melaksanakan pelatihan pengelolaan desa wisata pada 60 Desa di tahun-tahun sebelumnya, maka pada tahun 2023 ini, Pemerintah Kabupaten kembali membidik 40 Desa yang dijadikan peserta pelatihan dimana desa-desa tersebut memiliki potensi besar untuk dapat dikembangkan menjadi desa wisata berdasarkan hasil survey dan kajian.
Desa Jatisari Kec. Cangkuang dijadikan sebagai salah satu desa yang diberikan peluang sekaligus tantangan bagi pemerintah desa dan masyarakat untuk berkolaborasi dan saling bersinergi dalam mewujudkan pembangunan desa wisata yang berbasis kearifan lokal. Dalam proses pengembangan desa wisata, masyarakat dijadikan sebagai aktor utama untuk memantik daya tarik wisata yang tentunya dalam hal ini melibatkan kehidupan sosial masyarakat dan lingkungan sekitar. Masyarakat dituntut untuk berinovatif memberikan gagasan, ide terkait pengembangan desa wisata, serta menjadi agen yang mempromosikan wisatanya.
Terorganisirnya pemanfaatan sumber daya alam maupun sumber daya manusia dapat memberikan pengaruh postif, dimana hasil yang diperoleh dari kegiatan desa wisata akan dikembalikan kepada masyarakat sekitar yang pada akhirnya meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Disisi lain pengelolaan desa wisata akan berdampak terhadap kelestarian alam, lingkungan, budaya, serta adat istiadata dan tradisi masyarakat.
Dalam hal ini, Desa Jatisari Kec. Cangkuang diklasifikasikan desa wisata rintisan sebagaimana mengacu kepada pedoman Desa Wisata Jilid 2 yang diterbitkan pada tahun 2021 oleh gabungan 8 Kementerian yakni desa wisata rintisan memuat hal sebagai berikut:
- masih berupa potensi yang dapat dikembangkan untuk menjadi desa wisata. Desa Jatisari memiliki potensi yang lengkap diantaranya: potensi kesenian (Lembur Awi Lokus wisata budaya dan kesenian desa), potensi alam (parabon Camping Ground, Hantap bendungan Ciherang dengan wisata air dan arum jeram), potensi pertanian (wisata edukasi proses pengelohan kopi, wisata edukasi proses tanam panen tanaman sawi serta pengelohan menjadi produk kuliner. dan potensi lainnya seperti aktivitas masyarakat yang masih tradisional, kaulinan barudak lembur menjadi nilai jual wisata.
- Pengembangan sarana prasarana wisata masih terbatas.
- Wisatawan yang berkunjung masih berasal dari masyarakat sekitar
- kesadaran masyarakat terhadap potensi wisata masih belum tumbuh
- sangat diperlukan pendampingan baik dari pihak pemerintah ataupun swasta
- masih memanfaatkan dana desa untuk pengembangannya
- pengelolaan desa masih bersifat lokal
Sebagaimana hal tersebut di atas, kemauan dan kesungguhan serta komitmen dari pemerintah dan masyarakat adalah hal utama. Pengembangan desa wisata memerlukan proses yang panjang, tidak akan rampung dalam satu tahun anggaran. Desa wisata bukan sekedar destinasi wisata yang ada di Desa